Rabu, 18 Maret 2015

Tugas Pengantar Kreativitas

Tugas Pengantar Kreativitas

               1. Definisi Konseptual Kreativitas :
     Konsep Kreativitas
   Kreativitas didefinisikan tergantung dari orang memandangnya. Hal ini karena
dua alasan, pertama karena kreativitas “konstruk hipotetis” dan yang kedua definisi
kreativitas tergantung pada dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi.
Berdasarkan penekanannya definisi kreativitas dibedakan ke dalam empat dimensi;
person, proses, produk dan press. Rhodes (1961) menyebutnya “the four p’s of
creativity”, berdasarkan analisis faktor Guilford menemukan lima sifat yang menjadi ciri
kemampuan berpikir kreatif, yaitu: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility),
keaslian (originality), penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition).
Selain itu definisi kreativitas juga dibedakan ke dalam definisi konsensual dan
konseptual. Definisi konsensual menekankan segi produk kreatif yang dinilai derajat
kreativitasnya oleh pengamat yang ahli. Menurut Amabile (1983: 33) mengemukakan
bahwa suatu produk atau respons seseorang dikatakan kreatif apabila menurut penilaian
orang yang ahli atau pengamat yang mempunyai kewenangan dalam bidang itu bahwa
itu kreatif. Dengan demikian, kretaivitas merupakan kualitas suatu produk atau respons
yang dinilai kreatif oleh pengamat yang ahli.
Definisi konsensual didasari asumsi-asumsi sebagai berikut:
a) produk kreatif
atau respons-respons yang dapat diamati merupakan manifestasi dari puncak kreativitas,
b) kreativitas adalah sesuatu yang dapat dikenali oleh pengamat luar dan mereka dapat
sepakat bahwa sesuatu itu adalah produk kreatif.
 c) kreativitas berbeda derajatnya, dan
para pengamat dapat sampai pada kesepakatan bahwa suatu produk lebih kreatif dari
pada yang lainnya.
Definisi ini sering digunakan dalam bidang keilmuan dan kesenian,
baik yang menyangkut produk, orang, proses maupun lingkungan tempat orang-orang
kreatif mengembangkan kreativitasnya.
Definisi konseptual bertolak dari konsep tertentu tentang kreativitas yang
dijabarkan ke dalam kriteria tentang apa yang disebut kreatif. Walaupun sama-sama
menekankan pada produk, tetapi definisi ini tidak mengandalkan semata-mata pada
konsensus pengamat dalam menilai kreativitas, tetapi pada kriteria tertentu. Menurut
Amabile dalam Dedi Supriadi (1994: 9) sesuatu produk dinilai kreatif apabila:
a) produk tersebut bersifat baru, unik, berguna, benar, atau bernilai dilihat dari segi kebutuhan tertentu.
b) lebih bersifat heuristik, yaitu menampilkan metode yang masih belum pernah
atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Jadi definisi ini lebih didasarkan atas pertimbangan penilai yang biasanya lebih dari satu orang, dalam definisi ini pertimbangan subyektif sangat besar.
Definisi kreativitas yang mewakili definisi konsensual dan definisi konseptual
dikemukakan oleh Stein (1967) yaitu “ The creative work is a novel work that is
accepted as tenable or useful or satisfying by a group in some point in time”. Dimensi
kreativitas menurut definisi ini tercermin pada kriteria kreativitas, yaitu novel, tenable,
useful, dan satisfying. Di pihak lain, dimensi konsensual dinyatakan melalui kata-kata
that is accepted by a group in some point in time.
 Pengertian-pengertian setiap istilah diuraikan sebagai berikut:
Kata novel (baru) berarti bahwa suatu produk yang dinilai kreatif bersifat orisional.
Meskipun tidak baru, produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau
reintegrasi dari hal-hal yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Kalimat
that the creative work in tenable or useful or satisfying mengandung arti bahwa suatu
produk kreatif harus berlaku, berguna, dan memuaskan sejauh dinilai oleh orang lain.
Ketiga istilah tersebut menekankan bahwa hasil dari proses kreatif haruslah
dikomunikasikan kepada orang lain, sehingga produk tersebut mengalami validasi
        konseptual. Oleh sebab itu, pengakuan orang lain, khususnya para ahli, sangatlah penting.




2. Definisi Operasional Kreativitas
      Definisi Operasional Kreativitas
Kretivitas merupakan : “Kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan originalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkayam memperinci) suatu gagasan”.(Munandar SCU, 1077)
Dari beberapa uraian definisi di atas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk cirri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Pengertian kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan/ menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif (Utami Munandar: 1992)



 3. Definisi Kreativitas Menurut Clark
      Definisi Kreativitas menurut Clark (dalam Basuki, 2010) :
Clark berdasarkan hasil berbagai penelitian tentang spesialisasi belahan otak, mengemukakan : “Kretivitas merupakan ekspresi tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia yaitu : berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic function of thingking, feelings, sensing and intuiting)” (Jung 1961, Clark 1986).

4. Teori Kreativitas :
      Adapun tokoh-tokohnya adalah:
Teori Sigmund Freud
Menurut beberapa pakar Psikologi, kemampuan kreatifitas merupakan ciri kepribaidan yang menetap pada lima tahun pertama dari kehidupan. Sigmund Freud ( 1856-1939) adalah tokoh utama yang menganut pandangan ini. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Karena mekanisme pertahanan mencegah pengamatan yang cermat dari dunia, dan karena menghabiskan energi psikis, mekanisme pertahanan biasanya merintangi produktifitas kreatifitas. Sehingga biasanya mekanisme pertahanan merintangi produktivitas kreatif. Meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, namun justru mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama dari kreativitas.

Teori Ernest Kris
Ernest kris menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasaan, jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasaan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.
      
       Teori Carl Jung
Carl Jung (1875-1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Prose inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.

             Teori Maslow
Menurut Abraham Maslow (1908-1970) pendukung utama darim teori humanistik, manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini harus dipenuhi dalam urutan hierarki seperti kebutuhan primitif muncul pada saat lahir dan kebutuhan tinggi berkembang sebagai proses pematangan individu. Kebutuhan-kebutuhan itu, diwujudkan Maslow sebagai hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang tertinggi.
Kebutuhan tersebut adalah:
-          Kebutuhan fisik/biologis
-          Kebutuhan akan rasa aman
-          Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta
-          Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri
-          Kebutuhan aktualisasi / perwujudan diri
-          Kebutuhan estetik
Kebutuhan-kebutuhan tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat Kebutuhan pertama disebut kebutuhan “deficiency”. Kedua Kebutuhan berikutnya (aktualisasi diri dan estetik atau transendentasi) disebut kebutuhan “being”. Proses perwujudan diri erat kaitannya dengan kreativitas. Bila  bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan ilham (flash of insight)

          Teori Rogers
               Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi internal dari pribadi yang kreatif, yaitu:
            -          Keterbukaan terhadap pengalaman
-         Kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of     evaluation)
-          Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.
Apabila seseorang memiliki ketiga cirri ini maka kesehatan psikologis sangat baik. Orang tersebut diatas akan berfungsi sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga cirri atau kondisi tersebut uga merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk kreasi.



Teori Csikszentmihalyi
Konsep flow pertama kali dikemukakan oleh Csikszentmihalyi (1990). Menurut pendapat Csikszentmihalyi (1990, dalam Rupayana, 2002), flow adalah perasaan yang timbul pada diri seorang manusia saat ia bertindak secara total di dalam kegiatan yang ia ikuti. Nakamura dan Csikszentmihalyi (2002) menerangkan bahwa seseorang yang mengalami flow akan menganggap aktivitas yang ia lakukan penting dan berharga untuk ia lakukan, terlepas dari ada atau tidaknya gol yang dapat dicapai dalam melakukan kegiatan tersebut. Individu yang mengalami flow biasanya terlibat secara intens di dalam kegiatan yang ia lakukan, sehingga tak jarang mereka cenderung untuk tidak sadar dengan waktu atau tempat (Schunk, Pintrich & Meece , 2008).
Flow tidak terjadi secara tiba-tiba. Menurut Csikszentmihalyi (1997, dalam Shernoff, Csikszentmihalyi, Schneider & Shernoff, 2003), untuk dapat mengalami flow, (1) seseorang perlu berkonsentrasi, (2) merasa berminat, serta (3) bersemangat pada saat saat ia melakukan suatu aktivitas. Ketiga unsur tersebut perlu untuk terpenuhi pada saat yang bersamaan agar flow bisa terjadi. Di dalam setting sekolah, flow diketahui dapat terjadi pada siswa jika tugas-tugas yang diberikan oleh guru sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Tugas-tugas sekolah yang diberikan kepada siswa sebaiknya tidak terlalu mudah tapi juga tidak terlalu mudah.
Flow juga terjadi saat kondisi lingkungan belajar dapat membuat siswa lebih semangat, terstimulasi, serta mau untuk lebih terlibat di dalam proses belajar. Selain itu, flow bisa pula terjadi jika siswa menemukan adanya relevansi antara materi yang dipelajari dengan kehidupan mereka sehari-hari. Terakhir, adanya keleluasaan yang cukup besar pada siswa untuk mengontrol aktivitas belajarnya juga diketahui dapat membuat siswa mengalami flow.
Flow diketahui memiliki dampak positif terhadap performa belajar siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shernoff, Csikszentmihalyi, Schneider dan Shernoff (2003) menunjukkan bahwa siswa yang mengalami flow lebih mau untuk terlibat di dalam proses belajar, mengalami peningkatan performa akademik, lebih merasa bersemangat saat mendapat tugas yang cukup menantang, dan cenderung lebih baik dalam hal atensi, mood serta motivasi belajar dibandingkan siswa-siswa lain yang tidak mengalami flow. Hasil penelitian lainnya yang menunjukkan eratnya kaitan flow dengan pencapaian akademik ditemukan oleh Engeser et al. (2005, dalam Schuler & Engster, 2009). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pengukuran flow di awal semester pada siswa yang mengambil kelas bahasa asing dapat memprediksi pencapaian mereka di akhir semester.
            Teori flow cukup mudah diaplikasikan di dalam setting belajar-mengajar di kelas. Schunk,                   Pintrich dan Meece (2008) memberikan lima tips untuk mengaplikasikan teori flow di dalam               kelas.




TULISAN
A.
Si Kambi, Produk Kreatif Dari Kardus Yang Banyak Digemari

Lowokwaru, MC - Kreativitas warga Kota Malang dalam mengolah barang bekas memang sangat luar biasa, termasuk apa yang telah dilakukan oleh Eko Srilaksono. Di tangan warga Jl. Mertojoyo Blok I No. 12 Malang ini barang yang semula tidak terpakai bisa diubah menjadi mainan kuda-kudaan bernilai jual tinggi, Selasa (10/03).

       Eko Srilaksono saat mengerjakan mainan kuda-kudaan 'Si Kambi', Selasa (10/03)
            Eko Srilaksono saat mengerjakan mainan kuda-kudaan ‘Si Kambi’, Selasa (10/03)
Melihat produk hasil karya Eko yang dinamai ‘Si Kambi’ ini tentu orang tidak akan menyangka kalau bahan utama yang dipakai adalah kardus. Pasalnya dengan sentuhan Eko, kardus bekas bisa diubah menjadi kuda-kudaan mainan anak yang bentuknya bermacam-macam seperti singa, kambing, gajah, harimau, dan lain-lain.
Di tangan Eko pula kardus yang biasanya lembek bisa menjadi kuat untuk menahan beban. Mainan kuda-kudaan Si Kambi yang dijual dengan harga mulai Rp. 450.000 sampai dengan Rp. 600.000 ini mampu menahan beban maksimal sampai 200 kilogram.
Eko mengungkapkan sengaja memilih untuk membuat mainan dari kardus karena dinilai bahan utama untuk produksinya ini sangat melimpah, dan pesaingnya masih sedikit serta manfaatnya bagi anak dan keluarga sangat besar. Dengan mainan kuda-kudaan dari kardus ini, orang tua dan anak bisa lebih banyak bermain bersama di rumah.

“Kami sengaja membuat mainan kuda-kudaan dari kardus dengan pertimbangan aman untuk anak dan ramah lingkungan,” tegas Eko, Selasa (10/03).
Proses pembuatan mainan kuda-kudaan dari kardus, Eko mengatakan butuh waktu sekitar tiga sampai empat hari. Di galerinya yang diberi nama ‘Art of Kardus’ ini dia mengaku bisa memproduksi sebanyak 40 buah per bulannya.
“Untuk bisa mendapatkan kuda-kudaan dari kardus buatan kami, pembeli harus memesan dahulu dan baru bisa terlayani satu bulan kemudian. Sampai bulan April 2015 pesanan untuk kami sudah penuh,” kata Eko.
Banyaknya pesanan yang datang, Eko mengaku sampai kewalahan untuk menerima order, dan ini tidak lepas dari keterbatasan tenaga kerja. Sebab pengalaman selama ini, beberapa orang yang dilatihnya kebanyakan tidak sabar dan akhirnya memilih untuk keluar dan tidak melanjutkan pekerjaan.
“Selain dituntut terampil, untuk bisa mengerjakan kuda-kudaan dari kardus dibutuhkan seni yang tinggi, sebab setiap pemesan kuda-kudaan selama ini selalu memerlukan pelayanan yang berbeda,” terang Eko. (cah/yon)


Sumber: http://mediacenter.malangkota.go.id/2015/03/si-kambi-produk-kreatif-dari-kardus-yang-banyak-digemari/#ixzz3UjP3ea4L


Tanggapan :
Menurut saya, kreasi yang di buat oleh Pak Eko Srilakssono ini sangat kreatif dari kreasi tangannya bisa mengubah banyak kardus menjadi mainan yang di buat seperti kuda-kudaan, kambing, gajah, dll. Dari usaha ini Pak Eko membuka lapangan kerja yang luas dan juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.

Kesimpulan :
Bahan daur ulang apapun, baik kardus maupun plastik bisa di jadikan suatu produk yang kreatif dan di balik suatu produk yang kreatif ada pribadi yang mempunyai jiwa seni untuk membuat suatu karya yang berguna bagi orang lain dan lingkungan sekitar(ramah lingkungan). Jadi kesimpulannya, Kardus bekas yang bisa di ubah menjadi sebuah produk yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.


B.  Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar                dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa                anak-anak
    
Tanggapan :                          
    Menurut saya, karena anak laki-laki perkembangannya sangat cepat, pergaulannya yang luas, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, punya cita rasa akan sesuatu hal dan pastinya mengkuti perkembangan jaman. Itulah kenapa laki-laki lebih kreativitas dalam suatu hal di pribadi masing-masing.
     
Kesimpulan :
     Perkembangan jaman, pergaulan, perkembangan otak, kemajuan teknologi, dan akses yang mudah untuk melakukan sesuatu membuat anak laki-laki jauh lebih kreatif di bandingkan dengan anak perempuan. 


1 komentar:

  1. Si Kambi lahir dari keinginan menciptakan kehangatan antara ortu dan anak anak di rumah dengan bermain bersama. Ada sentuhan fisik antara ortu dan anak saat naik si Kambi bersama-sama (konsep pertama). Berbeda jauh kalau ortu dan anak bermain game console, meski bermain bersama juga. (Konsep kedua, ini yang penting) setelah terbiasa bermain kuda kudaan tsb...orang tua harus jatuh bersama anaknya saat naik si Kambi. Kecelakaan dan keterkejutan yang disengaja untuk menciptakan suasana agar ortu punya kesempatan menanamkan perhatian dan kehangatan perlindungannya pada sang anak. Momen ini penting bagi balita dan anak kecil agar tertanam perasaan yang akan tersimpan bahwa orang tua adalah pengayomnya, pelindungnya. Maka benar kata Carl Jung, kejadian masa lalu yang tersimpan bisa menciptakan kreativitas. Saya mengalaminya saat kecil dulu, naik becak sama ibu disenggol mobil.. tak ada tangis, tak ada takut yang dirasakan saat itu hanya ibu selalu melindungiku...dan cinta dan kehangatan ibu itu ada sampai sekarang. Salam dariEko Srilaksono di Malang dan selamat bermain bersama

    BalasHapus