A. Penyesuaian
Diri dan Pertumbuhan
1. Penyesuaian
Diri
Penyesuain diri dalam bahasa
aslinya dikenal
istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders
berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation),
penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan
penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) .
Pada mulanya penyesuaian
diri diartikan sama dengan adaptasi ( adaptation ),
padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah kepada penyesuaian
diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya,
seseorang yang terbiasa dengan lingkungan yang sepi seperti di perkampungan dan
udara yang sejuk terus pindah ke tempat ramai seperti perkotaan dengan udara
yang panas maka seseorang harus bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama
dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma.
Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa
di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu
menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial,
maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah
bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan ( mastery ),
yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam
cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak
terjadi.
Proses penyesuaian diri pada manusia
tidaklah mudah. Hal ini karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan
pada pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru.
Periode penyesuaian diri ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari
rentang hidup manusia. Manusia diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial
baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan
tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1980).
Manusia yang dapat menyesuaikan diri
dengan baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan
respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang
dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan
harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan.Wholesome maksudnya
adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam
hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh dari
penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment yang
ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak berlaku
di lingkungan tersebut.
Penyesuaian diri bersifat
relatif, karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna.
Alasan pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah melibatkan
kapasitas atau kemampuan seseorang dalam beradaptasi baik dari
dalam maupun dengan lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara yang
satu dengan yang lainnya, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat
perkembangan seseorang. Kedua adalah karena adanya perbedaan kualitas
penyesuaian diri antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau
budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada
setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian
diri.
2. Pertumbuhan
Personal
Pertumbuhan personal
Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang
normal. Proff Gessel mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung
secara terus-menerus.
Proses Pertumbuhan
Individu secara fisik
Dari bayi hingga tua
kita sebagai manusia normal mengalami pertumbuhan secara terus menerus.
Penyesuaian diri dengan lingkungan nya pun terus berkembang.
Variasi dalam
Pertumbuhan
Dalam variasi
pertumbuhan memang sangat beragam. Tidak semua individu berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik,
maupun sosial nya. Mengapa? karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang
menyebabkan ketidakberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik
rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.
Kondisi-Kondisi untuk
Bertumbuh
Kondisi jasmani seperti pembawa atau konstitusi fisik dan
tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara
intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani
dan kondisi pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu
dapat menyesuaikan diri nya.
Carl Roger (1961)
menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu
hubungan :
1. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari
perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2. Menghormati keterpisahan dari orang lain
tanpa kecuali, dan
3. Keinginan yang terus menerus untuk
memahami atau berempati terhadap orang lain.
Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan personal :
1. Faktor biologis
Karakteristik anggota
tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat
kental.
2. Faktor geografis
Faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau
tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
3. Faktor budaya
Tidak di pungkiri
kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan
berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama
juga.
Selain itu, ada satu
hal yang tidak kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan
personal adalah komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka
penyesuaian diri dan pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.
Konsep pertumbuhan
personal meliputi :
1. Penekanan Pertumbuhan Diri
Pertumbuhan sendiri
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat hingga
dewasa (akhir hayat) pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan
jasmaniah), yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut
peningkatan ukuran dan struktur biologis.
2. Variasi dalam Pertumbuhan
Tidak selamanya
individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada
rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan
penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau
mungkin diluar dirinya. Hal ini yang menyebabkan mengapa adanya variasi dalam
pertumbuhan.
3. Kondisi-Kondisi untuk Tumbuh
Kondisi jasmaniah
seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi
yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan
susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi
yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya,
1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah,
tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas
sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi
tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot
merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat
menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan
demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya
proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit
jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri
yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan
jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang
diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
4. Fenomenologi Pertumbuhan
Fenomenologi memandang
manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara
subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri.
B. Stress
A. Arti penting Stress
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan
respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban
atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatan stress apabila seseorang
mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat
mengatasi tugas yang dibebankan, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu
terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Respon
tindakan ini termasuk respon fisiologin dan psikologis.
Menurut Sarafino (1990) stress kerja
dapat disebabkan karena :
a. Lingkungan
fisik yang terlalu menekan
b. Kurangnya
kontrol yang dirasakan
c. Kurangnya
hubungan interpersonal
d. Kurangnya
pengakuan terhadap kemajuan kerja
Ø Stress yang berasal dari
lingkungan : lingkungan yang dimaksud disni adalah lingkungan fisik, seperti :
kebisingan, suhu yang terlalu panas, kesesakan, dan angin badai
(tornado,tsunami). Stressor lingkungan mencakup juga stressor
secara makro seperti migrasi, kerugian akibat teknologi modern
seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir (Peterson dkk, 1991) dan faktor
sekolah (Graham,1989).
B. Tipe – Tipe stress dalam psikologis
1.
Tekanan
hasil hubungan antara
peristiwa-peristiwa persekitaran dengan individu. Paras tekanan yang dihasilkan
akan bergantung kepada sumber tekanan dan cara individu tersebut
bertindak balas. Tekanan mental adalah sebagian daripada kehidupan harian.
Ia merujuk kepada kaedah yang menyebabkan ketenangan individu terasa di ancam
oleh peristiwa persekitaran dan menyebabkan individu tersebut bertindak balas.
Anda boleh mengalami tekanan ketika di tempat kerja, menyesuaikan diri dengan
persekitaran baru, atau melalui hubungan sosial. Tekanan mental yang sederhana
boleh menjadi pendorong kepada satu-satu tindakan dan pencapaian tetapi kalau
tekanan mental anda itu terlalu tinggi, ia boleh menimbulkan masalah sosial dan
seterusnya menggangu kesehatan anda.
2.
Frustasi
adalah suatu harapan yang diinginkan dan
kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3.
Konflik
Berasal dari kata kerja latin configere yang
berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana
salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
4.
Kecemasan
Banyak pengertian/definisi yang
dirumuskan oleh para ahli dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan.
C. Symptom -reducing responses terhadap stress
· Pengertian symptom - reducing
responses terhadap stress
Kehidupan akan terus berjalan seiring
dengan brjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus
menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki
mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk
mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
· Mekanisme
Pertahanan Diri
Indentifikasi adalah suatu cara yang
digunakan individu untuk mengahadapi orang lain dengan membuatnya menjadi
kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut.
Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiliki
kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya, maka
mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
· Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh
kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang lain.
Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi
olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
· Overcompensation
/ Reaction Formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai
tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara
melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan
tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol
saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara
san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
· Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis
yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan
pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk
yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat
agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
· Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku
dengan menempatkan sifat-sifat bain sendiri pada objek diluar diri atau
melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu Proyeksi lebih rendah
daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namu n
ia berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
· Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam diri
pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seorang wanita
mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut ke dalam
pribadinya.
· Reaksi
Konversi
Secara singkat mengalihkan koflik ke
alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalnya belum belajar saat
menjelang bel masuk ujan, seorang anak wajahnya menjadi pucat berkeringat.
· Represi
Represi adalah konflik pikiran,
impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam
tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan
sengaja melupakan kejadian saat ia di marahi oleh bosnya tadi siang.
· Supresi
Supresi yaitu menekan konflik impuls
yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal
yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata "Sebaiknya kita
tidak membicarakan hal itu lagi."
· Denial
Denial adalah mekanisme perilaku
penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnay seorang penderita
diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
· Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku
seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari
pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh karena malu maka ia
menarik diri dari perkumpulannya.
· Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang
menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfantasi,
misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memilki keberanian
untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang
yang ia cintai.
· Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu
bertentangan / menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
· Sikap
Mengritik Orang Lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang
orang lain dengan kritikan-kritikan. perilaku ini termasuk perilaku agresif
yang aktif. Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain
dengan adu argument saat rapat berlangsung.
D. Pendekatan Problem Solving terhadap Stress
Salah satu cara dalam menangani stress
yaitu menggunakan metodebiofeddback, tekniknya adalah mengetahui
bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar untuk
menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai Feedback.
Melakukan sugesti untuk diri sendiri
juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendri.
Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah
dengan pendekatan secara spiritual (mengarah pada Tuhan).
Strategi Coping untuk Mengatasi Stress
Menghilangkan stress mekanisme
pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazurus
penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1.
Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) adalah
istilah Lazurus untuk strategi kognitif untuk penanganan dtress atau coping
yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha
menyelesaikannya.
2.
Coping yang berfokus pada emosi (problem focused coping)adalah isitlah
Lazurus untuk strategi penanganan stress diaman individu memberikan respon
terhadad situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan
penialaian defensif.
E. Pernah mengalami stresss. karena, tugas yang
menumpuk dan sulitnya tidur menyebakan banyak pikiran dan menjadi stress. cara
mengatasi stress menurut saya, tenangkan pikiran, relax, perbanyak sabar dan di
bawa enjoy. semakin di pikirkan malah semakin mejadi stress.
Sumber :
·
Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan
anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
·
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum.
Jakarta: Universitas Gunadarma
·
Lur Rochman, Kholil.(2010). Kesehatan
Mental.Purwokerto: STAIN press.
· Siswanto. 2007. Kesehatan Mental;
Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002.
·
Fatimah, N. (2006). Psikologi
perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.
·
Semium, yustinus.2006.kesehatan mental
1.kanisius : Jakarta
·
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010.
Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
·
Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan.
Bandung : Remaja Rosda Karya
·
Kartini Kartono, 2002. Psikologi
Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta
·
Ali, M. & Asrori, M. 2005. Psikologi
remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : PT Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar